Sabtu, 19 April 2025

Fahmina Institute dan BEM UNMA Kolaborasi Tangkal Kekerasan Seksual di Majalengka

  • 23 Desember 2024 18:10

(/)

MAJALENGKA, PUSTAKAWARTA.COM – Dalam rangka memperingati Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Fahmina Institute bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Majalengka (BEM UNMA) mengadakan kegiatan Panggung Kolaborasi di auditorium UNMA, Senin pagi (23/12/2024).

Kegiatan yang bertajuk 'Gerak Bersama Memimpin Perdamaian Untuk Keadilan, Perlindungan Dalam Refleksi Keberagaman dan Perdamaian di Kabupaten Majalengka' dihadiri oleh sejumlah pemangku kepentingan, mahasiswa, dan masyarakat umum yang peduli terhadap isu kekerasan seksual dan keberagaman.

Fahmina Institute: Tiga Tahun Berkolaborasi Menyerukan Perlawanan terhadap Kekerasan

Ketua Fahmina Institute, Rosidin, mengungkapkan kolaborasi dengan mahasiswa telah berjalan selama lebih dari tiga tahun dengan mengusung berbagai tema yang relevan dengan momentum tertentu.

Tahun ini, isu kekerasan seksual kembali diangkat sebagai respons atas meningkatnya kasus di Kabupaten Majalengka.

“Jadi, kenapa ada acara ini, Ini adalah bagian dari cara kita untuk menyerukan anti kekerasan terhadap perempuan,” jelas Rosidin dalam wawancaranya dengan Pustakawarta.

Rosidin menekankan Fahmina Institute bukanlah lembaga pengada layanan yang menangani langsung korban kekerasan seksual, melainkan organisasi yang mendorong Civil Society Organizations (CSO) lainnya untuk berkontribusi dalam kampanye anti kekerasan.

“Kalau lembaga pengada layanan itu ada di pemerintah kabupaten, seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB), atau di kampus melalui Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual  (Satgas PPKS). Nah kalo Fahmina lebih berperan menguatkan forum-forum layanan pengada, baik dari sisi internal maupun jejaring dengan lembaga lain,” tambahnya.

Menurut Rosidin, kampanye seperti ini menjadi penting karena dapat menjangkau lebih banyak masyarakat melalui kolaborasi berbagai pihak, termasuk organisasi mahasiswa dan  stakeholder lainnya.

Kasus Kekerasan Seksual di Majalengka Meningkat Tajam

Sementara itu, Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak DP3AKB Kabupaten Majalengka, Yuyun Yuhana, memaparkan data terkini mengenai kekerasan seksual di wilayah tersebut. Tahun 2024 mencatat lonjakan signifikan jumlah kasus dibandingkan tahun sebelumnya.

“Pada tahun 2023, terdapat 43 kasus kekerasan seksual yang dilaporkan. Namun, pada tahun 2024, angka ini meningkat menjadi sekitar 90 kasus, dengan mayoritas kasus berupa pemerkosaan,” ungkap Yuyun.

Lonjakan kasus ini menunjukkan pentingnya langkah-langkah strategis untuk mencegah dan menangani kekerasan seksual di tingkat masyarakat. DP3AKB, kata Yuyun, terus memperluas jangkauan edukasi dan sosialisasi ke berbagai tempat, termasuk institusi pendidikan, perusahaan, dan desa-desa.

“Dengan sosialisasi ini, masyarakat diharapkan semakin memahami cara melaporkan kasus. Dulu, banyak korban atau saksi yang tidak tahu atau bahkan takut melapor. Padahal, melapor adalah langkah penting untuk meminimalisir kejadian serupa,” jelasnya.

Meski penghapusan total kekerasan seksual dianggap sulit, Yuyun menegaskan bahwa pemerintah akan terus hadir untuk meminimalisir kasus melalui pendekatan kolaboratif.

“Untuk menghilangkan kekerasan seksual memang sulit, tapi kami akan maksimal berupaya dengan kerja sama berbagai pihak,” ujar Yuyun dengan Tegas.

Isu Kekerasan Seksual di Kampus Jadi Sorotan

Di lingkungan kampus, Ketua BEM Universitas Majalengka, Anwar Yusup, menyebutkan bahwa isu kekerasan seksual menjadi salah satu perhatian khusus selama masa kepemimpinannya.

Menurutnya, beberapa kasus telah terdeteksi dan akan ditindaklanjuti melalui kerja sama dengan Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Universitas Majalengka.

“Tentu kalau di kampus ada isu atau desas-desus terkait kekerasan seksual, kami akan menjaga kerahasiaan korban. Kasus-kasus ini akan ditangani oleh Satgas PPKS Universitas Majalengka,” kata Anwar.

Anwar juga menambahkan bahwa Satgas PPKS yang sebelumnya sempat vakum kini kembali aktif. Dalam beberapa bulan terakhir, pihaknya secara rutin melakukan edukasi kepada mahasiswa, baik melalui konsolidasi langsung, media sosial, maupun mading fakultas.

“Kegiatan ini diharapkan menjadi gebrakan awal agar mahasiswa lebih berani berbicara apabila terjadi hal-hal yang berkaitan dengan kekerasan seksual,” tambahnya.

Selain itu, Anwar berharap kegiatan kolaborasi ini dapat membangun kesadaran kolektif di kalangan mahasiswa untuk meminimalisir kasus kekerasan, khususnya di lingkungan kampus.


“Kami berharap rekan-rekan mahasiswa teredukasi tentang cara mencegah kekerasan seksual, sehingga lingkungan kampus bisa terbebas dari kasus-kasus tersebut,” harapnya.

Meningkatkan Kesadaran dan Toleransi melalui Kolaborasi

Acara Panggung Kolaborasi ini tidak hanya fokus pada kekerasan seksual, tetapi juga menyoroti pentingnya keberagaman dan toleransi. Kehadiran peserta dari berbagai latar belakang, termasuk penyandang disabilitas, menjadi salah satu bentuk edukasi untuk menciptakan lingkungan yang inklusif.

Melalui acara ini, berbagai pihak berharap dapat membangun komitmen bersama untuk menekan angka kekerasan seksual di Majalengka. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi mahasiswa diharapkan dapat menjadi langkah nyata dalam menciptakan masyarakat yang lebih aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan seksual.

“Semoga kegiatan ini bisa mendobrak pemikiran masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya edukasi dan pencegahan kekerasan seksual. Dengan kerja sama semua pihak, kita bisa meminimalisir kasus kekerasan, baik di kampus maupun di masyarakat luas,” pungkas Anwar. (*)

Bagikan Berita


Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu